Kompleksitas hidup manusia yang terus meningkat dari waktu ke waktu ternyata juga membawa perkembangan ke sisi lain kehidupan. Berbagai penyakit baru ditemukan dan juga penyakit lama dengan penyebab (kuman) yang berbeda dari sebelumnya. Kuman penyakit hidup sangat dekat di sekitar kita dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui banyak cara, diantaranya melalui tangan yang merupakan bagian tubuh paling aktif.
Penelitian menunjukkan bahwa penyakit diare dan pneumonia adalah termasuk dua penyakit yang paling banyak membunuh anak-anak, yaitu sebanyak 29% dari jumlah kematian balita di seluruh dunia – setara dengan 2,2 juta hidup balita direnggut oleh penyakit ini setiap tahunnya. Dari jumlah ini, 801.000 balita meninggal karena diare, dan 1,4 juta lainnya meninggal akibat pneumonia. Lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di Afrika Sub-sahara dan di Asia Selatan .
Di Indonesia sendiri, sebuah hasil penelitian di Yogyakarta yang dilakukan LSM Persada di daerah binaan Lifebuoy di Yogyakarta menunjukkan edukasi dan sosialisasi CTPS berdampak pada peningkatan prilaku CTPS hingga 42% dan penurunan kasus diare hingga 32%. Riskesdas tahun 2007 menunjukkan penyebab kematian bayi umur 29 hari sampai 11 bulan terbanyak (55,2%) disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan intervensi lingkungan dan perilaku, yaitu diare (31,4%) dan pneumonia (23,8%). Demikian pula proporsi penyebab kematian pada anak umu 4-11 tahun yaitu diare (25,4%) dan pneumonia (15,5%) .
Jumlah ini tentu merupakan jumlah yang sangat besar, dan membutuhkan peran dari setiap elemen masyarakat agar angka kematian balita dapat ditekan.
Cuci tangan, adalah sebuah langkah sederhana yang dalam banyak penelitian, terbukti dapat mengurangi resiko terkena penyakit dalam angka yang cukup signifikan. Cuci tangan menggunakan sabun pada setiap sebelum makan – saat menyediakan makanan, dan juga pada saat setelah menggunakan toilet, dapat mengurangi resiko terkena diare sebesar 45% . Cuci tangan dengan sabun juga dapat mengurangi insiden infeksi pernafasan akut, seperti pneumonia, sebesar 23% .
Fakta lain yang juga menarik adalah bahwa cuci tangan yang dilakukan oleh Ibu melahirkan dan team yang menolong persalinan, berkaitan dengan pengurangan kematian bayi baru lahir sebesar 40-44% di Nepal . Penelitian lain menunjukkan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat mencegah dari infeksi trachoma dan ascaris . Cuci tangan dengan sabun juga terbukti sebagai faktor pengendalian pengukuran yang efektif dalam menangani pandemik seperti SARS dan Flu pandemik . Beberapa studi yang dilakukan sepanjang penyebaran SARS pada tahun 2006 menegaskan bahwa cuci tangan lebih dari 10 kali dalam sehari dapat memutus penyebaran virus pernafasan sampai 55% .
Dengan melihat fakta-fakta yang terkumpul dari berbagai penelitian di seluruh dunia seperti yang terlihat diatas, maka sangat penting untuk memasyarakatkan pola hidup sehat yaitu cuci tangan pakai sabun (CTPS). Agar cuci tangan dapat memberikan manfaat maksimal, sangat disarankan untuk menggunakan sabun dengan formula mutakhir yang dapat membunuh kuman, bahkan kuman yang telah berevolusi. Lifebuoy, produk sabun dengan formula terkini yang dapat membantu menghilangkan 90% kuman dalam waktu 10 detik* dan membersihkan secara menyeluruh untuk menjaga kulit tetap sehat. Mencuci tangan dengan Lifebuoy dapat membantu mencegah penyebaran kuman**. Apabila tidak ditemukan air mengalir dan sabun, Lifebuoy Hand Sanitizer dapat menjadi solusi untuk menghilangkan kuman tanpa dibilas***.
Referensi
1. Pneumonia and diarrhoea, Tackling the deadliest diseases for the world’s poorest children, UNICEF report, 2012
2. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/417-lingkungan-sehat-rakyat-sehat.html
3. CHERG 2010, Sandy Cairncross, Caroline Hunt, Sophie Boisson, Kristol Bostoen, Val Curtis, Isaac CH Fung, and Wolf-Peter Schmidt Water, sanitation and hygiene for prevention of diarrhoea, Int. J. Epidemiol. 2010 39: i193-i205.
4. Rabie, T and Curtis, V. (2006): Handwashing and risk of respiratory infections: a quantitative systematic review. Tropical Medicine and International Health, 11(3), 258-267.
5.Victor Rhee; Luke C. Mullany; Subarna K. Khatry; Joanne Katz; Steven C. LeClerq; Gary L. Darmstadt; James M. Tielsch. Maternal and Birth Attendant, Handwashing and Neonatal Mortality in Southern Nepal Arch Pediatr AdolescMed. 2008; 162(7), 603-608.
6. Fung, I. C.-H. & Cairncross, S. (2009). Ascariasis and handwashing. Transactions of the Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene, 103(3), 215-222.
7. Fung, I. C.-H. & Cairncross, S. (2006). Effectiveness of Handwashing in Preventing SARS; a review. Tropical Medicine and International Health, 11(11), 1749-1758.
8. Jefferson, T., Foxlee, R., Mar, C.D., Dooley, L., Ferroni, E., Hewak, et al. (2008). Physical interventions to interrupt or reduce the spread of respiratory viruses; systematic review. BMJ, 336, 77-80.
9. Tom Jefferson, Chris DelMar, Liz Dooley, Eliana Ferroni, Lubna A Al-Ansary, Ghada A Bawazeer, Mieke L van Driel, Ruth Foxlee, Alessandro Rivetti (2009). Physical interventions to interrupt or reduce the spread of respiratory viruses; systematic review. BMJ 2009;339:b3675, doi: n0.1136/bmj.b3675 (Published 22 September 2009).
(*) Mengacu pada waktu kontak dengan sabun, berdasarkan standard prosedur uji coba 10 detik di laboratorium.
(**) Yang ditularkan melalui tangan manusia.
(***) Sesuai standar prosedur uji coba terhadap kuman S. Aureus, E. Coli, dan P. Aeruginosa.
No comments:
Post a Comment