Sebuah bencana tidak lantas berakhir ketika pemerintah mencabut status bencana. Bencana yang sebenarnya baru muncul terjadi setelah itu. Saat para NGO telah meninggalkan lokasi, saat bantuan berhenti mengalir, saat media-media telah berpaling ke isu lain, dan saat linimasa sudah berhenti menuliskan #save....
Bencana itulah saat para penyintas mulai berdiri dan mandiri. Di mana mereka harus dipaksa melanjutkan hidup serta bermanfaat, sekalipun trauma dan duka masih belum sembuh.
Kenyataannya di fase ini, kami sebut fase recovery, masih banyak menyisakan anomali psikologi para penyintas dan fasilitas-fasilitas baru mulai beroperasi. Sebut saja yang saya temui di senin pagi kemarin (1211/2018) ketika Dompet Dhuafa bekerjasama dengan Dokter Spesialis RM (PERDOSRI)
Tiga orang itu menjadi pasien di Klinik Darurat Dompet Dhuafa di palu. Seorang perempuan paruh baya, seorang ibu 30 tahunan, dan anak sekitar 10 tahunan dan seorang bapak separuh baya. Mereka kehilangan separuh kaki kanan hingga lutut dan paha.
Mereka masih merasa memiliki bagian tubuh yang hilang itu, acap kali merasakan sakit. Sekalipun jelas-jelas kakinya telah tiada, dan dokter tidak menemukan gangguan-gangguan patologis atau fisik lainnya. Sebab psikologi yang paling besar.
Inilah mengapa fase recovery sangat penting. Fase yang acap kali dilupakan oleh pemerintah dan para lembaga-lembaga kemanusiaan. Di saat ini para penyintas membutuhkan uluran tangan dan cambuk. Saat pemberdayaan harusnya digalakkan. Saat luka harus menutup tanpa celah. Saat mereka harus melanjutkan hidup.
Di saat ini pula PKM-PKM membutuhkan bantuan, saat bangunan mereka belum kokoh berdiri dan para petugas kesehatan sedang dalam tahapan penyembuhan traumanya dan membuat mereka berdaya.
Apalah arti membantu kebencanaan jika hanya seminggu-dua minggu di lokasi? Apalah arti bantuan jika hanya memberi obat, memberi berdos-dos bahan makanan atau membawa dokter? Apalah arti melupakan duka tanpa berdiri dan menyemanganti para penyintas yang terkulai tanpa semangat hidup?
Hari ini Palu, Asmat, dan Lombok masih membutuhkan bantuan kita. Dalam senyap tanpa dilirik oleh mata kamera.
Makassar, 17 November 2018
No comments:
Post a Comment