Sunday 18 November 2018

Program STBM untuk Warga di Lampung Timur

Ratusan warga terutama ibu-ibu dan anak-anak - Desa Margasari, Labuhan Maringgai, Lampung Timur, Provinsi Lampung, memenuhi lapangan Dinas Perikanan setempat, Sabtu (14/7/2018). Mereka menghadiri helat yang diadakan Dompet Dhuafa bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 

Kegiatan yang diawali dengan senam pagi, pemeriksaan ibu hamil dan balita, dilanjutkan dengan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARI) dari Dinas Perikanan setempat, serta pembagian telur untuk ibu tamil. Pembagian telur ini dimaksudkan sebagai upaya pencegahan stunting dimana Kabupaten Lampung Timur termasuk kawasan prevalensi yang cutup tinggi.

Masyarakat nelayan juga mendapat pelayanan dapur keliling (DARLING) Dompet Dhuafa dimana masyarakat diajak untuk makan ikan dan makanan olahan dari ikan. DARLING selain membagikan makanan hasil olahan tersebut juga mengajarkan cara memasak dan mengolah ikan secara lebih mudah dan tetap memperhatikan komposisi gizinya. 

Sebagai rangkaian acara, diadakan ceremonial peluncuran Program STBM oleh Dompet Dhuafa dengan membagikan dua tempat sampah (Organik dan Non Organik) secara simbolik untuk 100 KKWarga Margasari. Kegiatan STBM ini juga  disupport oleh dana CSR dari PT Kimia Farma. 

Pada kegiatan ini juga diberikan bantuan kloset untuk warga Margasari sebagai bagian dari dimulainya Program STBM di desa ini. Data menunjukkan 90% lebih war Margasari masih Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil di Pinggir Pantai, Program ini diharapkan akan menjadi langkah awal untuk mulai mengajak warga untuk terbiasa menggunakan jamban baik dirumah ataupun jamban yang dibangun sebagai fasilitas umum. 

28 juta orang di Indonesia masih BAB di tempat sembarangan alias tidak menggunakan jamban atau WC (Bapenas 2017) dan beberapa wilayah di Kabupaten Lampung Timur ini memiliki tingkat risiko tinggi dengan buruknya sanitasi yang ada termasuk Desa Margasari, Labuan Maringgai - Lampung Timur, sehingga Dompet Dhuafa akan memulai program STBM di desa ini sebagai pilot project dan akan direplikasi ditempat lain.

Selain program STBM, program -program lainnya diharapkan juga dapat dikembangkan didaerah ini terutama untuk masalah gizi, kesehatan ibu dan anak dan penanganan penyakit-penyakit yang banyak ditimbulkan karena kurangnya pengetahuan tentang kebersihan lingkungan dan pola hidup bersih dan sehat

(Lampung, 14 Juli 2018) 






FASE RECOVERY BENCANA



Sebuah bencana tidak lantas berakhir ketika pemerintah mencabut status bencana. Bencana yang sebenarnya baru muncul terjadi setelah itu. Saat para NGO telah meninggalkan lokasi, saat bantuan berhenti mengalir, saat media-media telah berpaling ke isu lain, dan saat linimasa sudah berhenti menuliskan #save....

Bencana itulah saat para penyintas mulai berdiri dan mandiri. Di mana mereka harus dipaksa melanjutkan hidup serta bermanfaat, sekalipun trauma dan duka masih belum sembuh.

Kenyataannya di fase ini, kami sebut fase recovery, masih banyak menyisakan anomali psikologi para penyintas dan fasilitas-fasilitas baru mulai beroperasi. Sebut saja yang saya temui di senin pagi kemarin (1211/2018) ketika Dompet Dhuafa bekerjasama dengan Dokter Spesialis RM (PERDOSRI)

Tiga orang itu menjadi pasien di Klinik Darurat Dompet Dhuafa di palu. Seorang perempuan paruh baya, seorang ibu 30 tahunan, dan anak sekitar 10 tahunan dan seorang bapak separuh baya. Mereka kehilangan separuh kaki kanan hingga lutut dan paha.

Mereka masih merasa memiliki bagian tubuh yang hilang itu, acap kali merasakan sakit. Sekalipun jelas-jelas kakinya telah tiada, dan dokter tidak menemukan gangguan-gangguan patologis atau fisik lainnya. Sebab psikologi yang paling besar.

Inilah mengapa fase recovery sangat penting. Fase yang acap kali dilupakan oleh pemerintah dan para lembaga-lembaga kemanusiaan. Di saat ini para penyintas membutuhkan uluran tangan dan cambuk. Saat pemberdayaan harusnya digalakkan. Saat luka harus menutup tanpa celah. Saat mereka harus melanjutkan hidup.

Di saat ini pula PKM-PKM membutuhkan bantuan, saat bangunan mereka belum kokoh berdiri dan para petugas kesehatan sedang dalam tahapan penyembuhan traumanya dan membuat mereka berdaya.

Apalah arti membantu kebencanaan jika hanya seminggu-dua minggu di lokasi? Apalah arti bantuan jika hanya memberi obat, memberi berdos-dos bahan makanan atau membawa dokter? Apalah arti melupakan duka tanpa berdiri dan menyemanganti para penyintas yang terkulai tanpa semangat hidup?

Hari ini Palu, Asmat, dan Lombok masih membutuhkan bantuan kita. Dalam senyap tanpa dilirik oleh mata kamera.

Makassar, 17 November 2018