Tuesday 26 July 2011

SARAPAN SEHAT UNTUK KECERDASAN


Jakarta, 22 juni 2011

Dalam rangka Hari Anak Nasional Yayasan Geraka Masyarakat Sadar Gizi mengadakan penyuluhan di sekolah tentang sararapan sehat untuk kecerdasan. Penyuluhan dilakukan di SDN Guntur 04 Pagi JL Halimun No 2 B jakarta selatan. Pentingnya sarapan dilakukan sebelum berangkat sekolah karena banyaknya aktivitas yang akan dilakukan disekolah dari mulai belajar sampai olahraga. Begitu penjelasan dari Dr Yoesrianto Tahir (pengurus yayasan) yang tampil sebagai penyuluh.
Uchi panggilan akrab Dr. Yoesrianto Tahir juga menambahkan mengenai dampak bila tidak sarapan, sepeti loyo, lesu, mengantuk, tidak bergairah, tidak bisa menangkap pelajaran dengan baik dan akhirnya tidak naik kelas. Dampak lain adalah anak bisa pingsan di sekolah.
Sebanyak lebih 100 orang anak mengikuti penyuluhan sampai kegiatan berakhir. Terlihat anak sangat senang dan antusias memperhatikan setiap slide presentasi yang disampaikan Dr. Uchi. Bahkan ditengah presentasi pun anak-anak sudah mengangkat tangan tanda ingin bertanya. Penyuluhan dimulai dari Jam 08.00 dan berakhir jam 09.00.
Yayasan Gerakan Masyakat Sadar Gizi merencanakan akan membuat program terencana untuk mengedukasi gizi anak sekolah sejak dini dan melakukan pembinaan kantin sekolah. Demikian disampaikan Dr. Yoesrianto Tahir sebelum menutup penyajiannya.

Monday 25 July 2011

GIZI SALAH, OTAK KOSONG, BANGSA BODOH, SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB



Jakarta, 16 Juli 2011

Cafe Nona Bola Jakarta pukul 10.00 - 14.00

Memperoleh gizi seimbang serta halal adalah Hak Asasi Manusia, yang berarti juga hak asasi anak. Asupan gizi seimbang adalah kebutuhan mutlak bagi setiap anak. Setiap anak yang lahir akan menghadapi dua kemungkinan berkaitan gizi, yakni gizi seimbang dan gizi salah. Bila asupan gizi anak seimbang, tentu tak jadi soal. Namun, apabila gizinya salah, baik berupa gizi kurang atau pun gizi lebih, tentu menjadi masalah, terutama untuk masa depannya sebagai generasi penerus.

Penting untuk diketahui, anak yang baru lahir akan menghadapi kemungkinan kekurangan gizi akibat minimnya zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Taufik Pasiak, Direktur Centre for Neuroscience, Health and Spirituality - C-NET UIN Kalijaga, Yogyakarta, mengemukakan, keadaan gizi kurang yang dialami anak ketika masih dalam kandungan mau pun pada saat anak berusia 0-2 tahun akan mengakibatkan otak kosong yang bersifat permanen dan tak terpulihkan.
“Akibatnya anak akan memiliki kemampuan yang rendah dan menjadi beban bangsa. Ini dapat kita lihat dari anak yang lahir dengan berat badan lahir rendah. Atau, lahir dengan kondisi yang kurang menguntungkan seperti cacat sejak lahir. Tentu hal semacam ini akan berdampak terhadap masa depannya kelak,” kata Taufik yang juga Ketua Indonesia Neuroscience Club itu.

Prof A. Razak Thaha, ahli gizi dari Unhas, Makassar, dan Ketua Umum Perhimpunan Dokter Gizi Klinik IndonesiaI, menyatakan, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir yakni sejak tahun 2007-2010, anggaran untuk perbaikan gizi masyarakat terus meningkat. Namun, angka prevalensi penurunan gizi berkurang hanya sedikit, yakni dari 18,4 persen pada 2007 menjadi 17,9 persen pada 2010 yang berarti 3,7 juta balita yang kurang gizi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 juga mencatat 35,7 persen anak Indonesia tergolong pendek akibat masalah gizi kronis. Estimasinya ada 7,3 juta anak Indonesia yang jadi pendek.

Anak-anak Indonesia yang menderita kekurangan gizi akan sering mengalami sakit, lesu, sering bolos, serta kurangnya daya tangkap dan kreativitas di sekolah. Implikasinya adalah kebodohan akan semakin merajalela. Asupan gizi memegang peran penting terutama hingga anak berusia dua tahun. Sebab pada saat inilah sel-sel otak berkembang pesat dan 80 persen sudah saling terhubungan (interkoneksi). Inilah yang akan menentukan kecerdasannya. Jika pada masa ini asupan gizinya mengalami gangguan seperti gizi buruk, perkembangan otaknya akan ikut terganggu.

Selain masalah gizi kurang yang masih banyak, saat ini bangsa Indonesia pun menghadapi ancaman gizi lebih (obesitas) pada anak. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010, prevalensi kegemukan pada anak balita secara nasional mencapai 14 persen. Pada penduduk kaya prevalensinya bisa mencapai 14,9 persen sedangkan pada penduduk miskin mencapai 12,4 persen. Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara tercatat memiliki angka rata-rata prevalensi tertinggi, yakni 19,2 persen. Masalah ini semakin meningkat akibat pola diet tinggi karbohidrat dan lemak yang tidak disertai dengan aktivitas fisik yang memadai atau aktivitas fisik yang kurang).

Menurut Dr Aman Bakti Pulungan dari UKK Endokrinologi Ilmu Kesehatan Anak FKUI, obesitas telah menjadi masalah paling serius pada abad ini. Karena itu dia menegaskan sudah saatnya asupan gula berlebih pada anak dibatasi karena banyak sekali dampak negatif yang timbul jika gula tambahan diberikan secara berlebih. Sebagai konsekuensinya, terjadi resistensi insulin yang menyebabkan intoleransi glukosa, ganguan metabolisme lemak, hipertensi, polycystic ovary syndrome (PCOS), dan akhirnya menjadi Diabetes Mellitus tipe 2. Terungkap pula bahwa 25 persen anak obesitas menunjukkan intoleransi glukosa. Riset dari Medical Researh Unit FKUI menyatakan bahwa dari berbagai pangan yang dikonsumsi anak-anak, susu merupakan salah satu pangan dengan kandungan gula tertinggi. Pada riset tersebut, berdasarkan FFQ, 43 persen subjek dengan asupan energi lebih dari 120 persen RDA. Perbandingan asupan karbohidrat, lemak dan protein yaitu 49.81 persen, 33,55 persen dan 15,69 persen. Penellitian menunjukkan, 99 persen subjek mendapatkan lebih dari 10 persen asupan gula dari karbohidrat. Asupan susu memberikan kontribusi terbesar terhadap asupan gula (sukrosa).

Sementara itu, Muhammad Akbar, Ketua bagian Neurologi FK Unhas dan Ketua III PP PERDOSSI, mengungkapkan, penelitian di USA dan Filandia menunjukkan bahwa asupan tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar dibanding asupan rendah lemak. Penelitian lain juga memperlihatkan bahwa peningkatan konsumsi daging akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 1,46 kali. Akbar menjelaskan, anak yang obesitas berisiko menderita penyakit kardiovaskuler dan pseudotumor serebri akibat peningkatan ringan tekan intrakranial. Sementara efek malnutrisi dalam jangka pendek mengakibatkan apatis, gangguan bicara, dan gangguan perkembangan lain. Efek jangka panjangnya akan terjadi penurunan tes IQ, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, dan penurunan rasa percaya diri. Konsumsi makanan kurang zat gizi dalam waktu lama mengakibatkan perubahan metabolisme dalam otak dan tidak berfungsi secara normal. Pada kondisi lebih berat dan kronis menunjukkan ukuran otak lebih kecil, jumlah sel yang berkurang, dan terjadi ketidakmatangan serta ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak.

“Edukasi berkesinambungan akan gizi sangat penting dilaksanakan, tak sekedar bicara mengenai 4 sehat 5 sempurna. Masyarakat seyogyanya dibantu untuk dapat secara cerdas memahami berbagai nama dan nilai gizi pada pangan sehingga tak mudah terkecoh oleh kandungan terselubung yang dapat membahayakan kesehatan anak. Namun, yang jauh lebih penting, pemerintah mempertegas regulasi pangan dan menyesuaikan peraturan sesuai isu yang berkembang terkait gizi anak,” tegas Dr Zaenal Abidin MH(Kes), Koordinator Forum Diskusi Lembaga Kajian Kesehatan dan Pembangunan.

Dr Zaenal menambahkan, sebelum gangguan kesehatan akibat beban ganda gizi makin parah, masyarakat harus berupaya mencegahnya dengan prilaku hidup sehat dengan gizi seimbang. Gizi seimbang disertai pola asuh yang baik sangat penting artinya dalam menyediakan energi yang cukup bagi anak untuk mengeksplorasi lingkungannya. Di samping itu, gizi seimbang akan membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak dalam menghadapi penyakit sehingga anak memiliki lebih banyak kesempatan untuk belajar dan merespon stimulasi yang diberikan. Dengan demikian anak akan bertumbuh dan berkembang menjadi anak sehat, cerdas, berpikir positif-kreatif dan berkarakter.

Dalam pandangan Dr.Zaenal seorang ibu memiliki peran yang sangat penting dalam masalah pemenuhan gizi bagi keluarganya. Karena itu kaum ibu haruslah diberdayakan agar memiliki kemandirian ekonomi sehingga dapat mengelola keuangan rumah tangganya secara mandiri untuk menyediakan kebutuhan gizi anaknya. Ibu yang memiliki kemampuan menyiasati keuangan keluarganya akan mampu menjamin ketersediaan pangan bergizi bagi anaknya sekali pun memiliki keterbatasan kondisi ekonomi keluarganya (penyimpangan positif).

“Kaum ibu harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan pola asuh yang baik, penuh kasih sayang kepada anaknya, memasak sendiri untuk anaknya disertai rasa cinta, serta menyiapkan dan membiasakan anaknya sarapan pagi; memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengolah makanan secara bervariasi, padu-padan, sesuai takaran porsi yang dimulai dari porsi kecil, menggunakan peralatan sehat (bukan dari bahan berbahaya), dan dihidangkan dengan suasana menyenangkan dan santai; juga memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memilih bahan makanan dan mengutamakan bahan yang bersumber lokal yang masih segar dengan kandungan gizi terjamin, mudah, murah, serta halal baik zat maupun cara memperolehnya,” papar Dr.Zainal.


Sumber : http://www.sadargizi.com/?p=446#more-446

Siaran Pers dalam Rangka Hari Anak Nasional
" DISKUSI PUBLIK"
Lembaga Kajian Kesehatan dan Pembangunan
Yayasan Masyarakat Sadar Gizi
Persatuan Dokter Praktik Mandiri

Sunday 17 July 2011

COCOA GOES TO SOCIETY




Acara Roundtable Discusscion “Cocoa Goes to Socety” di laksanakan pada tanggal 13 Juli 2011 bertempat di The Grand Bali Hotel, Nusa Dua. Dibuka oleh Bapak Faiz Ahmad selaku Direktur Industri makanan, hasil laut dan perikanan Kementrian Perindustrian. Acara ini juga di hadiri oleh Bapak Dr. Teguh Wahyudi, M,Eng selaku Wakil Ketua Dewan Kakao Indonesia. Kegiatan ini di hadiri dari kementerian yang terkait dengan Kakao dan Pelaku industri pengolahan Kakao dan Pengurus Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi. Tujuan dari kegiatan ini adalah bagaimana para pelaku kakao di Indonesia, baik pemerintah, pelaku industri dan pihak lain dapat menyamakan persepsi untuk menentukan bagaimana langkah-langkah kongkrit untuk mempromosikan kakao di masyarakat agar terjadi peningkatan konsumsi dalam negeri. Sebagai produsen ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana, Indonesia masih termasuk Negara yang tingkat konsumsi masyarakatnya masih rendah, dibandingkan dengan Negara-negara lain, termasuk Singapura dan Malaysia Negara tetangga kita. Pada kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan MOU antara Dewan Kakao Indonesia yang di wakili oleh Bapak Dr. Teguh Wahyudi dengan Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi yang di wakili oleh Ketua Yayasan Dr.Tirta Prawita Sari, M.Sc. untuk kegiatan “COCOA GOES TO SOCIETY”. Tujuan dari kegiatan ini agar dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang Cokelat yang ada di Indonesia dan mengubah persepsi masyarakat tentang Cokelat. Dalam sambutannya Bapak Faiz Ahmad sangat mengharapkan peranan Yayasan untuk memberikan suatu konsep kegiatan yang akan di lakukan bersama-sama. Dr.Tirta Prawita Sari, M.Sc menambahkan jika ingin kegiatan ini dapat berjalan dengan baik, maka sasarannya harus tepat, jangan sampai kita hanya menyentuh pihak di level atas saja. Kita bisa melakukan kegiatan –kegiatan ke sekolah dimana anak usia sekolah juga merupakan sasaran market untuk cokelat, kita bisa mempromosikan cokelat kepada anak-anak dan akan membuka peluang mempengaruhi orang tua mereka juga. Kegiatan awal untuk 6 bulan ke depan, sebaiknya adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai Cokelat dan manfaatnya, hal itu bisa kita lakukan dengan Sosialisasi , Kampanye dan Promosi yang menarik. Dengan kerjasama dan dukungan semua pihak tidak mustahil kita akan mencapai tujuan kita untuk meningkatkan konsumsi cokelat dalam negeri. _ _ _

Friday 15 July 2011

JANGAN MENYIMPAN BUAH DI KULKAS

TRIBUNNEWS.COM - Buah yang segar dan dingin memang paling enak dimakan saat cuaca panas. Namun tahukah Anda tidak semua buah-buahan baik untuk dimasukkan kedalam kulkas. Sebab ada beberapa buah yang justru lebih enak dan bernutrisi jika dibiarkan dalam suhu ruangan.

Mau tahu apa saja buah-buahan itu?
1. Semangka
Buah yang kaya akan air ini memiliki kandungan anti-kanker yang disebut likopen. Uniknya, kadar likopen dalam semangka akan meningkat hingga 40 persen jika diletakkan di dalam suhu ruangan.

Menurut studi yang dimuat dalam Journal of Nutrition, kandungan asam amino arginine, yang bisa membantu penurunan berat badan, dalam buah ini juga akan bertambah banyak jika tak disimpan dalam kulkas. Selain itu, kelebihan lain buah ini adalah bisa berfungsi seperti "viagra alami" karena mengandung citrulline.

2. Tomat
Buah yang bisa dikonsumsi dalam kondisi segar, menjadi campuran bumbu masak atau campuran salad, dan dijus ini kaya akan antioksidan likopen serta vitamin A, C, dan K. Makin merah buahnya, makin tinggi kandungan likopennya. Oleh karena itu, buah ini disarankan disimpan dalam suhu ruangan dan langsung dimakan saat buahnya matang.

3. Buah persik
Simpan buah persik dalam suhu ruangan tanpa menghilangkan batangnya untuk mencegah busuk. Buah persik atau peach memiliki kandungan serat yang tinggi, vitamin A dan C, serta mineral niasin dan potasium yang bisa meningkatkan kolesterol baik. Begitu buah ini matang, segera konsumsi atau simpan dalam kulkas. Nikmati buah persik dengan kulitnya untuk mendapatkan lebih banyak vitamin, fitokemikal, dan serat.

4. Mangga
Buah yang kaya vitamin C ini sebaiknya disimpan dalam keranjang buah,
bukan
di dalam kulkas, agar cepat matang. Buah mangga juga mengandung enzim usus alami sehingga bisa membantu mengatasi gangguan pencernaan.