Tuesday 25 January 2011

“DAMPAK KEKURANGAN GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA”

ROUND TABLE DISCUSSION

Malnutrisi pada anak masih merupakan masalah besar bagi bangsa ini. Meskipun focus pembangunan kesehatan lebih ditujukan pada balita namun masalah malnutrisi pada balita turut mempengaruhi angka malnutrisi pada anak usia sekolah. Angka prevalensi kurus secara nasional pada anak usia sekolah (6-14 tahun) laki-laki adalah 13,3 % sedangkan pada anak perempuan 10,9 %. Angka ini menunjukkan adanya permasalahan malnutrisi kronis pada anak usia sekolah. Malnutrisi yang terjadi pada usia sekolah mempengaruhi daya tangkap anak pada saat sekolah. Apabila hal ini dibiarkan, akan berkontribusi pada menurunnya prestasi belajar anak. Anak dengan status gizi yang baik merupakan asset bangsa dalam pembangunan.

Salah satu penyebab malnutrisi pada anak sekolah adalah kurangnya asupan energi dan protein. Sebagai contoh, angka kecukupan gizi anak usia 7-9 tahun untuk kebutuhan energi sebesar 1800 Kkal dan kebutuhan protein sebesar 45 g. Namun berdasarkan data yang dilaporkan oleh Saptawati Bardosono, ahli gizi dari Universitas Indonesia, 94, 5 % dari 220 anak yang diteliti di 5 SD di wilayah DKI Jakarta mengkonsumsi kalori di bawah 1800 kkal. Laporan ini menunjukkan kurangnya asupan energi dan protein pada anak sekolah. Hal ini semata-mata tidak hanya disebabkan oleh keterbatsan ekonomi, namun juga pola asuh yang kurang baik sehingga anak terbiasa mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dengan gizi yang tidak seimbang.

Sebagai solusi peningkatan asupan gizi seimbang, maka diperlukan adanya perubahan sikap dan perilaku, di samping peningkatan daya beli masyarakat. Perubahan sikap dan perilaku konsumsi pada anak sekolah harus didahului dengan pemberian pengetahuan mengenai gizi seimbang yang memadai. Pola transfer ilmu dan perilaku yang bersifat konvensional dimana anak mendapatkan pengetahuan dari guru atau orang tua bukanlah satu-satunya pilihan. Pola pendekatan kelompok teman sebaya dimana dalam kelompok tersebut mereka saling mempengaruhi perilaku positif akan lebih efektif dalam membudayakan pola hidup dengan gizi seimbang. Oleh karena itu dengan mengambil momentum Hari Gizi Nasional 25 Januari 2011 maka Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi yang didukung oleh pelaku industry PT Marco, mencoba untuk mengembangkan pola pendekatan yang berbeda melalui launching dan round table discussion program sosialisasi gizi seimbang bagi anak usia sekolah.

Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 22 Januari 2011 bertempat di Hotel Acacia - Jakarta, Jl Kramat Raya no 81 Jakarta Pusat pukul 09.00 - 12.30 WIB. Di moderatori langsung oleh ketua yayasan Dr Tirta Prawita Sari dan dihadiri oleh beberapa Stakeholer yang juga bertindak sebagai pembicara yaitu :
1. Direktur Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI, DR Dr Minarto MPS yang juga sejakigus menbuka acara.
2. Akademisi dan Pakar Gizi Komunitas , Prof. DR. Dr. A. Razak Thaha, M.Sc, Sp.GK) : “Malnutrisi anak usia sekolah, besaran masalah dan solusi penanggulangan dari perspektif akademisi,
3. Ketua UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik. - Ikatan Dokter Anak Indonesia (diwakili oleh dr. Yoga Devaera, Sp.A) : “Dampak Malnutrisi terhadap kecerdasan dan daya tangkap anak usia sekolah perspektif klinisi
4. Perwakilan dari orang tua dari anak yang sehat dan berprestasi
5. Axel Sutantio Bsv mewakili PT. Cisarua Mountain Dairy (Cimory)) : “Komitmen pelaku industry dalam penanggulangan masalah malnutrisi anak usia sekolah”

Para undangan juga hadir Guru Sekolah Dasar yang diwakili oleh SD di 5 wilayah DKI Jakarta, Orang tua murid yang berprestasi mewakili pengurus POMG dari SD di 5 wilayah DKI Jakarta Perwakilan organisasi profesi kesehatan (PDGKI, PDGMI, IDAI, IDI Wilayah dan IDI Cabang di wilayah jakarta), Pelaku industry : PT. Cisarua Mountain Diary (Cimory), Pizza Hut Indonesia. Duta MDG’S dan undangan Media

Round Table Discussion menghasilkan beberapa poin rekomendasi yaitu:

GENERASI EMAS BERKAT GIZI SEIMBANG


  1. Pemerintah menjamin ketersediaan pangan yang memadai di tingkat rumah tangga
  2. Tercipta pola asuh yang baik pada tingkat rumah tangga dan sekolah .
  3. Meningkatkan pola seimbang melalui peningkatan perilaku kesehatan
  4. Terselenggara program advokasi, sosialisasi dan kemitraan yang baik antara pemerintah, LSM, swasta dan pelaku industri yang bersama-sama berupaya untuk menangulangi masalah kurang gizi pada anak usia sekolah
  5. Pemerintah agar memasukkan pendidikan gizi seimbang dalam kurikulum di tingkat sekolah dasar sehingga sekolah sebagai tempat menuntut ilmu , memiliki peran positif dalam membangun pengetahuan dan kesadaran anak akan gizi seimbang.
  6. Pihak sekolah “memfasilitasi” terbentuknya kelompok sebaya di sekolah dan di luar sekolah untuk membentuk perilaku positif dalam membudayakan pola hidup dengan gizi seimbang.
  7. Perlunya penyediaan jajanan yang sehat dan aman di sekolah
  8. Pemerintah menyediakan akses seluas-luasnya kepada pelayanan dan konsultasi gizi seimbang .