Sunday 8 December 2019

ISOE 2

Kita hidup di negara di mana potensi bencana sangat tinggi dan dikenal sebagai "supermarket bencana" karena hampir semua jenis bencana bisa dan pernah terjadi di Indonesia.
ISOE ke-2 adalah pertemuan ilmiah berakreditasi IDI selama 3 hari   dengan Tema “Bridging The Gap and Breaking Down Barries of Emergency Medicine” akan membahas topik terkait dan juga  memberikan rekomendasi serta gagasan praktis tentang pengoptimalan pelayaann pasien pra-rumah sakit, unit gawat darurat dan manajemen bencana.
Saya mengundang anda semua untuk berbagi pengalaman dan juga  kesempatan  untuk dapat bertukar ide tentang topik yang menjadi perhatian saat ini.

Sunday 1 December 2019

Pengenalan Ruang Kerja kepada Anak


Memperkenalkan tempat bekerja kepada anak-anak adalah salah satu proses pembelajaran untuk mereka juga mengenai aktivitas orang tua diluar rumah. Pertanyaan seperti, “Apa sih kerjaan ibu di kantor?” atau “bunda  kenapa harus kerja sih?”, hal tersebut justru menjadi bukti bahwa anak-anak penasaran ingin mengetahui apa yang dilakukan para orang tua dalam bekerja dan juga lingkungan seperti apa diluar san a

Salah satu hal dasar yang perlu dilakukan orang tua adalah mengenalkan pekerjaan mereka kepada anak. Anak perlu mengetahui bahwa setiap orang memiliki pekerjaan yang berbeda-beda, dengan tugas yang berbeda pula. Dengan mengenalkan beragam profesi, anak dapat menghargai pekerjaan orang lain. Selain itu, saat akan membangun cita-citanya di masa depan, anak tidak akan terpaku pada profesi yang itu-itu saja. Terutama bila ada profesi seperti dokter yang saat ini saya jalani tapi tidak bekerja di Fasilitas kesehatan seperti klinik dan rumah sakit. 

Tujuan pengenalan ini pada akhirnya akan membuat anak memahami tanggung jawab pekerjaan dari masing-masing orang sehingga tidak boleh memandang remeh apapun pekerjaan tersebut. Selain itu anak-anak juga berkesempatan untuk bertemu dengan rekan kerja yang sebenarnya juga adalah keluarga besar dalam dunia pekerjaan. 


Lokasi : Stasiun MRT Dukuh Atas dan Menara 165

Jakarta,




29 November 2019

WOMEN IN LEARDSHIP

Sharing session para perempuan-perempuan yang duduk di pucuk pimpinan dari keluarga besar Dompet Dhuafa bersama ketua Dewan Pembina sekaligus pendiri Yayasan Dompet Dhuafa Republika pada tanggal 28 November 2019. 


Pada Sesi ini Pak Parni menekankan bahwa seorang pemimpin itu harus punya kemampuan mendengar dari semua anggota timnya, setelah itu akan terbentuk konsensus kelompok dimana pada akhirnya akan menjadi keputusan bersama dari tim tersebut. Perlu keterampilan untuk melakukan hal tersebut sehingga sebagai seorang pemimpin harus terus belajar dengan : LEARNING BY SERVING, LEARNING BY DOING and LEARNING BY SHARING. 

Posisi itu amanah sehingga posisi akan pergi dan datang silih berganti. Tapi yang selalu eksis adalah Profesi kita. Untuk itu sebagai pemimpin wanita muslim juga harus maju dan memiliki kemampuan sesuai personal brandingnya masing masing. 


Terus maju, saling mendukung, saling bekerja sama untuk terus berkontribusi wahai para pemimpin wanita.Demikian seruan semangat dari Pak Parni di penghujung acara.






Sunday 6 October 2019

Doa bersama Untuk Dr Soeko (Korban kerusuhan Wamena)


Bagi orang yang pernah melangkahkan kaki di tanah Papua pasti tahu, betapa sulitnya mengabdi di sana. Sehari, seperti setahun, seminggu serasa sedekade. Khususnya bagi kita yang biasa dimanjakan fasilitas kota besar.
Tapi tidak bagi dr. Soeko.
Dia meninggalkan istri dan anaknya di Jogjakarta, demi mengabdikan untuk masyarakat di Tolikara.
Biasanya, seorang dokter mungkin hanya mengabdi selama satu dua tahun di daerah, lantas selebihnya akan berjuang pindah ke ibukota, lewat jalur spesialisasi. Tapi Soeko tidak melakukan itu. Dia memilih tetap berada di Wamena selama 15 tahun, alih-alih pindah dekat dengan keluarga atau ke kota besar.
Pilihan hidup Soeko membuat saya yakin, ada nilai yang dia perjuangkan. Bukan hanya sekedar gaji ataupun tunjangan lainnya, toh kesemuanya percuma kalau tidak dinikmati bersama keluarga.
Dia bisa saja saat kerusuhan itu memilih evakuasi dan meninggalkan lokasi. Keputusannya bertahan di sana tentu terkait pengabdiannya, kecintaan dan dedikasi pada jas putih.
Saya yakin, dia telah menemukan sumurnya. Sumur tempatnya membasuh dan menemukan mata air makna hidupnya. Membantu Orang Asli Papua, ataupun warga yang sakit.
Sumur itu harganya mahal, seharga nyawa. Sumur itu pula yang ditemukan oleh Patra, seorang perawat yang meninggal di pedalaman Papua, rekan-rekan nakes di Puskesmas Nduga yang diteror, dan rekan-rekan lainnya yang mengabdi di pedalaman Papua.
Kepergian dr Soeko tidak akan menyurutkan semangat pengabdian tenaga kesehatan di tanah Papua. Mereka masih bekerja, di tengah keterbatasan dan ancaman.
Kami para dokter tidak meminta berlebih kok. Di tengah gonjang-ganjing masalah JKN ataupun masalah UU Pendidikan yg juga belum selesai, bahkan masalah Pajak dan KPK yg juga mulai mengejar kami, kami tetap memberikan layanan terbaik untuk pasien dan masyarakat.
Kami memang butuh materi, tapi bukan hanya itu, kami mengharapkan keamanan, sehingga kami mampu menjalankan profesi kami sesuai dengan standar profesional tentunya.
Malam ini kami berkumpul untuk mengirimkan doa terbaik kami para dokter umum agar rekan sejawat kami mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.
Dari kami hanya bisa mengucapkan selamat jalan dr Soeko, semoga pengabdian dan perjuanganmu akan selalu menginspirasi kami dan merupakan suatu titik awal
perbaikan sistem kesehatan yang adil dan merata diseluruh tanah Indonesia.
Tugu Proklamasi
Jakarta, 5 Oktober 2019
Dr Rosita Rivai - PP PDUI
@ochierivai - instagram
FB : Rosita Rivai




Wednesday 4 September 2019

Dokter Umum sebagai Garda terdepan dalam memberikan Layanan Emergensi


Jakarta, 31 Agustus 2019, bertempat di JS Luwansa Hotel, Jakarta, Jl. H. R. Rasuna Said Kav. C-22, Setiabudi, Jakarta Selatan,Indonesia Healthcare Forum (IndoHCF) Bersama Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) menyelenggarakan kegiatan Seminar Nasional dan Clinical Mentoring dengan Tema “PERAN GELS DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEGAWATDARURATAN MEDIS”.

Diikuti 350 peserta Dokter Umum dengan tujuan meningkatkan pengetahuan para sejawat dokter dalam melakukan penanganan kasus kegawatdaruratan baik untuk layanan di Pra RS maupun didalam RS. 

Seminar dan Clinical Mentorinf ini didasari bahwa keadaan gawat darurat dapat terjadi pada setiap orang dan pada saat yang tak terduga dimana saja. Pelayanan kegawatdaruratan meliputi pelayanan kegawatdaruratan pada bencana dan pelayanan kegawatdaruratan sehari-hari. Keadaan gawat darurat yang terjadi dapat mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang memerlukan tindakan yang cepat, tepat dan akurat. Pertolongan pertama pada kondisi gawat darurat akan sangat menentukan keadaan korban pada tahap selanjutnya.  Dalam keadaan sehari-hari sangat mungkin kita menemukan kasus gawat darurat baik akibat kecelakaan, keadaan stroke atau mungkin pendarahan dan renjatan. Tindakan awal sangat menentukan kelangsungan hidup dan atau kecacatan yang mungkin terjadi setelah kejadian. 

Aturan terkait pertolongan keadaan gawat darurat telah diatur dalam pasal 51 UU No. 29/2004, Tentang Praktik Kedokteran, seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2018, Tentang Pelayanan Kegawatdaruratan terkait kriteria kegawatdaruratan dan pelayanan kegawatdaruratan. Pada Pasal 11, Permenkes tersebut, disebutkan sumber daya manusia dalam pertolongan kegawatdaruratan meliputi Dokter, Dokter Gigi, perawat dan/atau tenaga kesehatan lain serta tenaga non-kesehatan. Penanganan kegawatdaruratan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan hal ini sebagaimana diatur dalam dalam pasal 50 UU No.23/1992 tentang Kesehatan yang merumuskan bahwa “tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan”. Kewenangan menyangkut pelayanan gawat darurat pada fase di rumah sakit, dimana pada dasarnya setiap dokter memiliki kewenangan untuk melakukan berbagai tindakan medik termasuk tindakan spesifik dalam keadaan gawat darurat. Dalam hal pertolongan tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan maka yang bersangkutan harus menerapkan standar profesi sesuai dengan situasi gawat darurat saat itu.

Terkait hal ini, perlu peningkatan kemampuan penanganan tindakan gawat darurat terhadap tenaga medis. Untuk itu seminar sehari terkait GELS (General Emergency Life Support), diharapkan akan memberikan penyegaran kepada profesional medis khususnya dokter umum yang mempunyai tanggung jawab terhadap layanan kegawatdaruratan. 

Acara yang dibuka langsung oleh Ketua Umum PB IDI Dr Daeng Moh Faqih SH.MH menyatakan “PB IDI akan mensupport kegiatan-kegiatan seperti ini dalam bentuk kebijakan agar pelayanan kegawatdaruratan di Indonesia menjadi lebih baik dan maju dengan melibatkan semua Perhimpunan yang terkait Emergensi terutama untuk PDUI dan PDEI. Hal ini juga perlu dikomunikasikan dengan Konsil Kedokteran sehingga paket Modul Emergensi harus mengacu pada GELS yang menjadi kompetensi dasar pada dokter umum

Prof DR DR Idrus Paturusi Sp.OT(K) pada salah satu Keynote Speech sebagai Ketua Dewan Pembina KREKI “Pembentukan SAFE COMMUNITY yang sudah dideklarasikan di Makassar pada tahun 2000 harus dilanjutkan, dimana kita ingin bahwa dimanapun dan kapan kita akan selalu merasa aman dari hal-hal yang terkait kegawatdaruratan dan melibatkan semua unsur masyarakat dari unsur terkecil sampai ke urusan pelayanan yang dapat diberikan oleh Negara” 
       
Pada acara pembukaan dilakukan juga lauching aplikasi KREKI dengan tujuan untuk memberikan layanan kegawatdaruratan kepada masyarakat secepat layanan Online yang saat ini ada dan  juga merupakan tempat berkumpul para relawan kesehatan untuk dapat terlibat langsung dalam memberikan layanan dan juga membangun konektivitas dengan jaringan fasilitas kesehatan yang ada. 

Seminar kemudian dilanjutkan dengan membahas 6 Topik : 
  •  Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Kardiovaskuler oleh Dr Hadiki Habib, Sp.PD
  • Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Serebrovaskuler oleh Dr Mursyid Bustamii, Sp.S(K), KIC, MARS
  • Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Muskuloskeletal oleh Dr Muhammad Sakti Sp.OT
  •  Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Akut Abdomen oleh Dr Adianto, Sp.B-KBD
  •  Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Kehamilan & Post-partum Dr Ulul Albab, Sp.OG
  •  Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Anak oleh Dr Antonius H Pudjiadi, Sp.A (K)
  • Dilanjutkan dengan kegiatan Clinical Mentoring untuk membahas Pelaksanaan “Code Blue” di RS dengan Fasilitator Dr Wisnu Pramudhito, Sp.B dan Clinial Mentoring “Airway Management”yang dibawakan oleh Dr Arum Ernanti M, Sp.An.
  • Kegiatan berakhir pada pukul 17.30 dan semua peserta mendapatkan sertifikat dengan nilai 10 SKP dan harapan beberapa peserta bahwa kegiatan-kegiatan seperti ini harus sering dilakukan terutama Materi Kegawatdaruratan yang sebenarnya adalah Performa Dokter Umum sebagai pemberi layanan terdepan di Masyarakat. 

Wednesday 14 August 2019

BEDAH BUKU 'MERAWAT BANGSA"


Benarkah mimpi para Dokter nasionalis telah meredup ?
Ataukah saat ini dokter indonesia hanya sebatas subordinat dalam kancah kesehatan global sebagaimana di masa kolonial ?
Pertanyaan - pertanyaan seperti ini muncul ketika dihadapkan dengan tilikan retrospektif pergerakan para Dokter indonesia.
Tak sedikit dari deretan nama pahlawan nasional yang lahir dari rahim pendidikan dokter profesional. Mereka adalah insan kesehatan yang mewarnai perjuangan bidang pendidikan kesehatan, kedokteran hingga politik. 
Buku yang berjudul "Merawat Bangsa : Sejarah Pergerakan Para Dokter lndonesia" karya Prof, Hans Pols ini dapat menguatkan & memberikan jawaban atas referensi sejarah yang jumlahnya cukup terbatas.
Prof. Hans Pols mendokumentasikan secara menyeluruh dan cermat peran para dokter-dokter lndonesia dengan mengabadikannya dalam buku ini. Tentu saja melalui buku ini juga masyarakat dan insan kesehatan khususnya dapat mengetahui bagaimana nilai-nilai luhur insan kesehatan masa lampau sangat dijunjung tinggi melalui idealisme-idealismenya.
Sebagai penyegaran historik bagi kaum intelektual sekaligus sebagai upaya diseminasi wawasan serta meningkatkan semangat kebangsaan khususnya bagi insan kesehatan, PB IDI melakukan Bedah Buku bersama Penulisnya langsung Prof. Hans Pols dan beberapa Narasumber :
1. Prof. Dr. Syamsuhidayat,Sp.B
2. Dr. Doddy P Partomihardjo,Sp,M dan
3. DR. Rusdhy Hoesein, M.Hum
Kegiatan berlangsung disekretariat PB IDI, Rabu 14 Agustus 2019 pukul 10:00 - 12:00 WIB.
Dihadiri segenap Pengurus PB lDI, Perwakilan lDl Wilayah, Perwakilan IDI Cabang seJabodetabek, Perwakilan Perhimpunan,
Perwakilan Dekan Fakultas Kedokteran di Jabodetabek, Perwakilan AIPKI, FIAKSI, ISMKI, PKFI, ASKLIN dan Perwakilan ADINKES











Wednesday 17 July 2019

Monitoring dan Evaluasi TBC Nasional Dompet Dhuafa


Indonesia merupakan negara dengan beban TBC tertinggi nomor 3 (tiga) di dunia setelah India dan Cina. Meski sudah lebih dari 130 tahun upaya penyembuhan TBC dilakukan, namun hingga saat ini dunia belum dapat terbebas dari penyebaran penyakit ini. Laporan Global TB yang dikeluarkan WHO pada tahun 2018 menyebutan, di seluruh dunia, TB adalah salah satu dari 10 penyebab utama kematian dari infeksius tunggal (di atas HIV/AIDS). Jutaan orang terus mengalami kesakitan karena TB setiap tahunnya. Pada 2017, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian di antara orang HIV-negatif dan ada 300.000 kematian tambahan dari TB di antara orang HIV-positif.

Data terakhir menunjukkan bahwa setiap tahunnya masih ada 10 juta pasien TBC baru ditemukan. Sayangnya masih sepertiga atau sekitar 3 jutaan dari mereka tak tersentuh pelayanan kesembuhan. Artinya, yang tak terjangkau tak hanya menyebabkan penderitaan bagi dirinya sendiri namun lebih dari itu akan menjadi sumber penularan baru yang akan terus meningkat jumlah penderita TB.

Sementara Indonesia hingga saat ini justru mengalami peningkatan penderita TBC baru, dan beban tambahan koinfeksi TBC, yaitu TB-HIV dan TB-RO yang angkanya juga naik. Saat ini Indonesia merupakan 1 dari 3 negara dengan beban TBC tertinggi, bersama india dan china. Pada tahun 2017 TBC merupakan penyebab kematian tertinggi penyakit infeksi di Indonesia Laporan Kementerian Kesehatan menyebutkan total insiden TBC di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 842.000 orang, dengan rata – rata 319/100.000 penduduk. Total kasus TBC yang tercatat saat ini mencapai 446.732 orang atau sebanyak 53%, sehingga masih ada sekitar 395.268 atau 47% yang tidak atau belum tercatat. Diantara total jumlah insiden TBC tersebut diantaranya merupakan estimasi insiden TBC-MDR atau Resisten Obat sebanyak 23.000, dan insiden TBC dengan HIV sebanyak 36.000.

Sebagai NGO kesehatan, LKC Dompet Dhuafa sangat berkeinginan mendorong terwujudnya peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam program TB nasional. Program eliminasi TB, menuju Indonesia Bebas TBC pada 2030 perlu diperkuat kolaborasi di semua tingkatan dan kalangan. Program TB Care yang sudah dijalankan sejak tahun 2004, sampai hari ini masih terus berkembang dan LKC dipercaya sebagai mitra lembaga lain dalam hal pelaksanaan TB di beberapa wilayah kabupaten di Indonesia. 

Sejalan dengan semangat untuk terus menguatkan peran lembaga dalam program TB nasional dan terus meningkatkan keprcayaan mitra terhadap LKC Dompet Dhuafa, maka dipandang perlu menyelaraskan kembali visi dan misi program TB nasional yang sudah berjalan, terutama kepada para pelaksana program dimasing-masing wilayah sub-sub penerima (SSR/Sub-Sub Recepient) program TB Care. Berbagai kendala dilapangan kerap dijumpai oleh SDM pelaksana, namun karena terbatasnya akan akses dan informasi kelembagaan sehingga persoalan-persoalan menguap begitu saja. 

Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah melakuan evaluasi kinerja dan pencapaian Program TB  DompetDhuafa dan juga mendiskusikan strategi bersama atas berbagai kendala pelaksanaan manajemen maupun teknis lapangan yang dialami pelaksana program TB Care LKC.

Kegiatan ini diilaksanakan pada hari  Rabu tanggal  10 Juli 2019 bertempat di Islamic Center Bekasi – Jawa Barat dan dihadiri oleh Divisi KesehatanDDF, Direktur LKC Jateng, LKC Jabar, LKC Banten, Tim SSR Kab. Magelang, Kab. Bangkalan dan Kab. Sumenepdibawah PR Aisyiyah, Kepala Region 2 dibawah SR Khusus LKNU, Tim SSR Kab. Bekasi, Kota Bekasi, Kab. Bogor, Kota Bogor, Kab. Bandung, Tim SSR Kota Tangerang Selatan dibawah Region 5 SR LKNU.

Output dari kegiatan ini adanya laporan perkembangan pelaksanaan program TB Care diseluruh Indonesia, meningkatkan komunikasi dan koordinasi  antar pelaksana program TB Care seluruh Indonesia, memberikan dan mengenalkan pelaksana program dengan lembaga dan value DD yang akan menjiwai pelaksanaan program sehingga berbeda dengan yang lain dan tentunya diharapka adanya solusi manajemen atas berbagai persoalan yang dihadapi oleh pelaksanan program dilapangan. 

Bekasi, 10 Juli 2019 






Penyerahan secara Simbolis Klinik Gerai Sehat Bandung 1 kepada Plt Direktur LKC Jabar

Friday 28 June 2019

PERISTIWA TALANGSARI 1989



Peristiwa Talangsari memang nyaris terlupakan bahkan saya juga hampir tidak tau bila suami dan saya tidak bertandang ketempat ini karena menghadiri pernikahan. Suami saya sibuk nyari titik lokasi mushollah dan desa tempat peristiwa itu terjadi dan bertanya-tanya kepada masyarakat yang sepertinya mereka juga sudah tidak ingin mengingat-ingat peristiwa berdarah tersebut. 

Desanya sudah seperti desa biasa lagi, rumah-rumah sudah terbangun rapi bahkan sdh ada beberapa yang modern. Kami mencari Musholla yang dibangun oleh KONTRAS untuk mengantikan Musholla yang rusak karena kejadian tahun 1989 tersebut. Di depan gang menuju musholla, ada pos kamling yang menjadi lokasi tewasnya Kapten Soetiman, yang kemudian membawa pada peristiwa berdarah yang menewaskan ratusan warga. Didepan Musholla kami menemukan tugu/prasasti yang belum bertuliskan apa-apa. 

Mushollanya nyaris tidak terawat dan bahkan sajadahnya hanya digelar bila ada yang akan melakukan sholat seperti yang dilakukan suami saya.
Semoga Musholla dan Prasasti ini menjadi symbol pengingat agar tidak terjadi lagi tindakan represif yang dilakukan oleh Negara, dan agar Negara mampu memperlakukan warganya dengan lebih arif dan bijak, bukan dengan todongan sendata.
Lampung, 27 Juni 2019 





Thursday 20 June 2019

AUDIENSI PDEI - KAPUSDOKKES MABES POLRI

Berdiskusi dan belajar banyak dengan Dr Arthur Tampi-Kapusdokkes Mabes POLRI perihal penanganan korban-korban kerusuhan terutama dari kasus kerusuhan 21-22 Mei, kompetensi, standar layanan , jalur koordinasi dan komunikasi tim kesehatan di lapangan. 
Berharap sosialisasi terkait kebijakan, peraturan, ataupun SOP terkait Layanan “Emergensi Respon” ini bisa tersampaikan dan dipahami oleh seluruh pelaksana dilapangan terutama utk kasus penanganan korban massal akibat bencana alam ataupun bencana sosial. 
Pertemuan ini diharapkan akan menginisiasi pertemuan lanjutan bersama stakeholder terkait, lembaga kemanusiaan dan organisasi profesi dalam hal ini diwakili oleh Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) agar menghasilkan suatu rekomendasi dan kesepakatan bersama utk dapat dijadikan regulasi yg akan dipahami dan ditaati bersama. 
Bersama Ketua Umum Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia (MHKI) Dr Mahesa Paranadipa M MHKes 

Wednesday 12 June 2019

HUJRAH



Hijrah dalam pemahaman kami adalah perjalanan menuju kebaikan-kebaikan dan sekaligus mengajak orang lain untuk bersama menuju kebaikan di sepanjang perjalanan kami. 

Hijrah dalam pemahaman kami adalah juga meliputi permenungan -thuma’ninah- perjalanan hidup yang telah dilalui agar menjadi pembelajaran utk perjalanan hidup selanjutnya

Hijrah dalam pemahaman kami adalah perjalanan menakar dosa diri, bukan sibuk menghitung dosa orang lain.

Hubungan dengan Sang Maha Pencipta, menurut kami, adalah hubungan yang paling pribadi, sehingga tidak perlu pengakuan, simbol ataupun pemaksaan dari manusia lain.

Sukses yaah kak Abdul Azis utk semua program-programnya dalam menebar kebaikan dan juga mengajak yang lain menuju kebaikan-kebaikan kepada sesama..... Amiin 🙏🙏🙏

Makassar, 11 Juli 2019
#mudik2019 #Silahturahmi #Hijrah

Friday 10 May 2019

BANGKITNYA FILANTROPI KESEHATAN ISLAM



“Manusia yang baik adalah manusia yang mampu menciptakan kemakmuran dan kesuksesan bagi lingkungan dan kehidupan luas,” -Warren Buffet tokoh filantropi dunia.

Pada tanggal 9 Mei 2019 bertempat di LKC Dompet Dhuafa Aceh diadakan diskusi dengan tema "BANGKITNYA FILANTROPI KESEHATAN ISLAM' dimana saya sebagai GM Kesehatan DD dan Direktur LKC Aceh memberikan penjelasan kepada mitra-mitra strategis LKC Aceh tentang Program-program kesehatan yang telah dikembangkan Dompet Dhuafa sejak tahun 2001. 

Dompet Dhuafa telah mengembangkan Program-program kesehatan ini dan telah yang tersebar  di 11 Provinsi dalam bentuk Layanan Kesehatan Cuma-cuma, mendirikan 22 Klinik dalam bentuk Gerai Sehat/Klinik dan Program pemberdayaan masyarakat dalam bentuk Pos Sehat. Selain itu Dompet Dhuafa telah mengelola 6 RS dan saat ini sedang dalam proses membangun 2 RS baru. Dan tentunya harapan kedepan DD melalui program-programnys keseluruh indonesia bahkan ke seluruh dunia. 

Semoga ikhtiar kami dalam memberikan pelayanan terbaik bagi kaum mustahik dan dhuafa. 
Semoga kita semua tergolong sebagai manusia-manusia terbaik; manusia yang bermanfaat bagi manusia-manusia lain di dunia.... Amiin