Thursday 14 May 2020

7th Anniversary our wedding

Happy Anniversary My Love

Mungkin Tuhan hanya ingin kita lebih banyak merenungi perjalanan hidup bersama. 

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, untuk tahun ini tidak  ada perayaan istimewa, dinner berdua, mengexplore tempat-tempat wisata atau tempat bersejarah. 

Mungkin Tuhan  ingin kita untuk  lebih banyak beribadah berdua, belajar atau mengajar, dan tentunya bekerja bersama dirumah saja (sesuai slogan pemerintah) 

Semua tidak mengurangi rasa bersyukur dengan pernikahan yang memasuki tahun ke 7 ini. 

Terima kasih atas pembelajaran dan proses menjadi bijak memaknai hidup. 

Terima kasih atas doa dan kebersamaan keluarga besar "Rivai & Rifai" dan sahabat2 kami "Keluarga Rahayu" yang sslalu hadir dikehidupan kami ðŸ˜˜ðŸ˜˜ðŸ˜˜

Ochie - 27 April 2020


Dalam hampir semua kebudayaan, angka tujuh merupakan angka mengandung keajaiban. Angka ini ada dalam hampir setiap ritual kehidupan manusia. Jumlah hari dalam seminggu, jumlah thawaf, sa'i, dan lontar jumrah, bahkan jumlah bintang dalam gugus Ursa Major yang menjadi penujuk arah semua pelaut dunia.

Tahun ini, genap tujuh tahun kita hidup dalam pernikahan. Tahun ini juga menjadi tahun yang ajaib buat kita. Tahun dimana covid-19 mengancam hidup banyak orang. Tak hanya hidup, pandemi ini juga membongkar dan mengatur ulang cara hidup kita; cara belajar, bekerja, dan beribadah. Kita dipaksa untuk kembali pada lingkungan terkecil kita; keluarga.

Di masa pandemi ini, memiliki partner hidup yang tepat adalah keberuntungan besar karena dengannya kita hidup sehari-hari. Saya adalah orang yang sangat beruntung, memilikimu sebagai istri dan teman yang sangat supportif. Denganmu, saya tetap bisa memanusia; bertumbuh dan mendewasa, menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Denganmu, saya selalu menemukan kebahagiaan menjalani apapun, baik itu isolasi mandiri atau sekedar social distancing. Engkau, adalah bintang tujuh penunjuk arah hidupku.

Terimakasih telah memilih untuk tetap bersamaku. Terimakasih untuk selalu menjadi teman, sahabat, dan kekasih dalam semua masa. Terimakasih telah selalu berada dalam dekap pelukku.

Terimakasih juga, keluarga Rifai&Rivai, keluarga Rahayu, juga semua teman dan sahabat kami.

Bobby - 27 April 2020

Relawan Covid 19

MARHABAN YA RAMADHAN 



Ramadhan sudah di depan pintu, mengetuk pelan dengan irama berbeda dari biasanya. Di tahun-tahun berlalu, Ramadhan datang dengan dentuman keras; hingar bingar sambutan yang kadang dibumbui kontroversi penetapan awal permulaan. Kali ini, ia datang lebih pelan; nyaris berbisik. Ia datang di tengah duka banyak orang, ia datang di tengah larangan beribadah di masjid, ia datang di tengah perenungan-perenungan pribadi masing-masing kita.

Setidaknya itu hal yang kami rasakan pada kunjungan kami untuk kesekian kalinya ke RS Darurat Wisma Atlet kemarin. Kunjungan kali ini adalah untuk bertemu dengan  tim relawan  dokter yang akan bertugas disana baik sebagai dokter pelaksana maupun sebagai tim dokter  manajemen yang mengelola dan membangun sistem yang disana. Merekalah dalam hal ini dr Tati Bangsa Amalia Makmur Haswan. Tim Support ini  yang jatuh bangun di lapangan, membangun system dan mengatur alur masuk dan keluar pasien dan juga tenaga medis dari IDI dibawah supervisi Dr Dyah Agustina Waluyo. Kami  datang berempat  Dr Mohammed Adib Khumaidi, Ketua PP PDEI yang sekaligus adalah wakil ketua PB IDI, dan Dr Corona  dari MDMC dan saat ini sedang bertugas sebagai Staf khusus Gugus Tugas di BNPB serta  Dr Asturi Putri PP PDEI. Melihat semangat para dokter-dokter ini memang sepertinya melihat perwujudan kami di 15 – 20  tahun yang lalu dimana kami – kami  dokter brigade siaga bencana kemenkes,  komite bencana PB IDI dan bahkan terakhir kami masih bertugas sebagai tim kemanusiaan Rohingya 2017 yang lalu. 

Selain tim dokter gelombang V yang berjumlah 36 orang  yang akan masuk pembekalan dan penugasan, juga dilakukan pelepasan tim 1 yang telah bertugas selama 14 hari dan juga telah  menyelesaikan  masa 14 hari isolasi. Berita gembiranya, tak satupun dari tim medis yang telah bertugas ini yang positif mengidap Covid19. Hal ini sangat berarti, karena membuktikan bahwa prosedur yang telah disusun dapat menghindarkan mereka dari infeksi. Di tengah terus bertambahnya jumlah pasien, kesehatan tim medis adalah kegembiraan terbesar bagi kami. Sebagai Informasi saat ini pasien di Wisma Atlet sdh berjumlah 800 orang lebih, 140 orang pasien telah dijadwalkan untuk masuk ke fasilitas ini dalam dua hari ini, dan 400 orang pasien tambahan di tanggal 27 April nanti. Sehingga penambaham jumlah relawan dokter juga bertambah mulai dari 10 orang pertim, meningkat menjadi 15 dan digelombang ini tim dokter perangkatan 36 orang. 

Ada rasa haru dan bangga yang membuncah di dada melihat adik-adik dokter yang memilih menjadi relawan ini. Tentu jamak kita ketahui, menjadi tim medis di fasilitas kesehatan yang menangani Covid-19 adalah sama dengan bertempur dalam peperangan. Resiko besar mereka rela tanggung demi memberikan sumbangsih bagi bangsa dan masyarakat. Dan ada satu dokter yang berasal dari Unhas yang merupakan anak Profesor dan kebetulan adalah Pembimbing Akademik saya sewaktu masih kuliah dulu. Beliau sangat bersemangat untuk membantu sang anak untuk dapat menjadi dokter relawan di Wisma Atlit, mensupport jiwa kemanusiaan sang anak untuk dapat memberikan yang terbaik  bagi negaranya. Hal ini juga terlihat dari semangat para dokter yg sdh terlibat, hampir semua berminat dan berniat terlibat  kembali menjadi relawan pada angkatan-angkatan selanjutnya.  Melihat nyala semangat di mata mereka, kembali saya merasa sangat bangga  dan terharu tentunga telah menjadi bagian dari komunitas medis Indonesia ditengah isu-isu  yang saat ini berkembang yang agak menyudutkan profesi kami.

Tanpa mengesampingkan peran semua pihak yang bahu membahu dalam pengelolaan Covid-19 di Indonesia, harus diakui bahwa tenaga kesehatan menjadi tumpuan dari banyak orang. Dalam candaan suami saya, pandemi Covid-19 ini membuktikan bahwa “harga” seorang dokter jauh lebih mahal dari Ronaldo dan Messi digabungkan. Tapi tentu ini semua sama sekali bukan soal berapa insentif yang didapatkan oleh seorang tenaga medis. Ini adalah soal kerelaan berkorban bagi kemaslahatan bangsa. Sebagaimana pesan Mas Adib pada saat pembekalan kemarin, insentif yang didapatkan hanya bonus semata. Yang terutama adalah pembelajaran yang akan didapatkan oleh para dokter muda ini; koordinasi dengan orang-orang di luar komunitas medis, manajemen SDM, solidaritas dalam tim, kemampuan mengambil inisiatif, dan juga kemampuan untuk membangun jaringan. Mereka adalah para penerus dari cita-cita awal dunia kedokteran Indonesia; membangun bangsa yang merdeka!

Ya, Ramadhan ini akan mereka lewati dalam pertempuran melawan Covid-19. Ramadhan kali ini menjadi bulan ibadah yang seluas-luasnya bagi mereka; merawat pasien yang sakit, menolong orang-orang yang membutuhkan, menjadi kegembiraan bagi mereka yang tengah berduka.

Doa kami, semoga Tuhan melindungi dan melimpahkan berkah bagi mereka dalam menjalankan tugasnya. Semoga Tuhan memberi kesehatan dan kegembiraan bagi kita semua. Semoga Ramadhan kali ini menjadi salah satu Ramadhan yang terbaik dalam hidup kita.

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan…. Semoga kemenangan Ramdhan tahun ini mengiiringi kemenangan kita melawan pandemi ini 

#bersatumelawancorona 
#bersatumelawancovid19
#doclife
#relawandokterIDI