Sunday 6 October 2019

Doa bersama Untuk Dr Soeko (Korban kerusuhan Wamena)


Bagi orang yang pernah melangkahkan kaki di tanah Papua pasti tahu, betapa sulitnya mengabdi di sana. Sehari, seperti setahun, seminggu serasa sedekade. Khususnya bagi kita yang biasa dimanjakan fasilitas kota besar.
Tapi tidak bagi dr. Soeko.
Dia meninggalkan istri dan anaknya di Jogjakarta, demi mengabdikan untuk masyarakat di Tolikara.
Biasanya, seorang dokter mungkin hanya mengabdi selama satu dua tahun di daerah, lantas selebihnya akan berjuang pindah ke ibukota, lewat jalur spesialisasi. Tapi Soeko tidak melakukan itu. Dia memilih tetap berada di Wamena selama 15 tahun, alih-alih pindah dekat dengan keluarga atau ke kota besar.
Pilihan hidup Soeko membuat saya yakin, ada nilai yang dia perjuangkan. Bukan hanya sekedar gaji ataupun tunjangan lainnya, toh kesemuanya percuma kalau tidak dinikmati bersama keluarga.
Dia bisa saja saat kerusuhan itu memilih evakuasi dan meninggalkan lokasi. Keputusannya bertahan di sana tentu terkait pengabdiannya, kecintaan dan dedikasi pada jas putih.
Saya yakin, dia telah menemukan sumurnya. Sumur tempatnya membasuh dan menemukan mata air makna hidupnya. Membantu Orang Asli Papua, ataupun warga yang sakit.
Sumur itu harganya mahal, seharga nyawa. Sumur itu pula yang ditemukan oleh Patra, seorang perawat yang meninggal di pedalaman Papua, rekan-rekan nakes di Puskesmas Nduga yang diteror, dan rekan-rekan lainnya yang mengabdi di pedalaman Papua.
Kepergian dr Soeko tidak akan menyurutkan semangat pengabdian tenaga kesehatan di tanah Papua. Mereka masih bekerja, di tengah keterbatasan dan ancaman.
Kami para dokter tidak meminta berlebih kok. Di tengah gonjang-ganjing masalah JKN ataupun masalah UU Pendidikan yg juga belum selesai, bahkan masalah Pajak dan KPK yg juga mulai mengejar kami, kami tetap memberikan layanan terbaik untuk pasien dan masyarakat.
Kami memang butuh materi, tapi bukan hanya itu, kami mengharapkan keamanan, sehingga kami mampu menjalankan profesi kami sesuai dengan standar profesional tentunya.
Malam ini kami berkumpul untuk mengirimkan doa terbaik kami para dokter umum agar rekan sejawat kami mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.
Dari kami hanya bisa mengucapkan selamat jalan dr Soeko, semoga pengabdian dan perjuanganmu akan selalu menginspirasi kami dan merupakan suatu titik awal
perbaikan sistem kesehatan yang adil dan merata diseluruh tanah Indonesia.
Tugu Proklamasi
Jakarta, 5 Oktober 2019
Dr Rosita Rivai - PP PDUI
@ochierivai - instagram
FB : Rosita Rivai