Thursday 27 October 2011

Konsumsi Ikan Cegah Sakit Mental

TRIBUNNEWS.COM - Sebuah penelitian menyebutkan, konsumsi ikan ternyata dapat mencegah kelelahan mental hingga penyakit demensia. Ini karena ikan dapat meningkatkan aliran darah ke otak dengan mengurangi tingkat kelelahan mental setelah orang melakukan tugas-tugas sulit.
Dari percobaan yang dilakukan ilmuwan dari Universitas Northumbria, Inggris terlihat kandungan asam lemak omega 3 dari ikan dapat membawa efek baik pada reaksi otak peserta penelitian yang berusia 18 sampai 35 tahun.
"Penemuan ini bisa memiliki implikasi untuk fungsi mental di kemudian hari. Bukti menunjukkan bahwa secara teratur makan ikan berminyak dapat mencegah penurunan kognitif dan demensia, sebab mereka dapat meningkatkan aliran darah ke otak dengan baik," jelas pemimpin penelitian, Dr Philippa Jackson.

Menurutnya hasil penelitian ini juga menunjukkan betapa ikan juga sangat berpengaruh memperbaiki mental lansia. "Jika lansia saja manfaatnya sudah besar, maka manfaatnya akan lebih besar lagi bagi mereka dengan kondisi degeneratif mental," tambah Jackson.(Sumber: Sehatnews.com)

Rajin Minum Kopi Meminimalisir Risiko Kanker Kulit

REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON - Kopi bisa mengurangi risiko kanker kulit. Kabar baik ini diliris, Senin (24/10) di Asosiasi Amerika untuk Penelitian dan Pencegahan Kanker yang ke-10. Konferensi internasional yang diselenggarakan di Boston ini menunjukkan kopi yang diminum, terutama oleh wanita memiliki efek positif terdahap risiko kanker kulit.

Wanita yang minum lebih dari tiga cangkir kopi per hari memiliki risiko lebih rendah 20 persen terkena Karsinoma Sel Basal (BBC), dibandingkan wanita yang minum kurang dari secangkir per bulan. BBC adalah salah satu jenis kanker kulit yang paling sering didiagnosis.
Menurut American Cancer Society, 75 persen dari semua kasus kanker kulit yang ada adalah jenis BBC. Sampai sekarang sudah ada total 22.786 kasus. Pria yang minum dengan jumlah yang sama memiliki risiko lebih rendah sembilan persen menghadapai kanker kulit.
"Studi kami menunjukkan bahwa konsumsi kopi dapat menjadi pilihan penting untuk membantu mencegah BBC," kata Fengju Song, peneliti yang ikut terlibat dalam riset ini.
Data ini diperoleh dari studi yang dilakukan perawat di rumah sakit wanita Brigham, dan praktisi kesehatan profesioanal (Harvard School of Public Health). Perawat mengambil sekitar 72.921 peserta dari Juni 1984 sampai Juni 2008. Praktisi kesehatan profesional meneliti 39.976 peserta sejak Juni 1986 sampai Juni 2008.
 
Sayang, manfaat dari minum kopi ini belum terlihat positif terhadap jenis kanker kulit yang lain, yakni  karsinoma sel skuamosa (1.953 kasus) atau melanoma (741 kasus). Penelitian sebelumnya telah menunjukkan peminum kopi cenderung mmeberikan risiko kanker payudara, rahim, prostat dan kanker usus besar. Efek yang bagus ini tidak terlihat pada orang yang minum kopi tanpa kafein.

Tuesday 25 October 2011

Menggapai Keadilan Sosial dalam Pelayanan Kesehatan

Dalam rangka HUT IDI ke 61 (24 Oktober 1950 -24 Oktober 2011)


Kita semua tentu mengenal Amerika Serikat sebagai salah satu negara kapitalis. Namun, yang amat mengagetkan karena ternyata salah satu daya tarik bagi pemilih negara tersebut terhadap Presiden Terplih Obama adalah program jaminan kesehatannya. Ketika itu, di Amerika Serikat terdapat sekitar 47 juta orang  tidak memiliki/dilindungi oleh jaminan kesehatan (asuransi kesehatan). Sebagai Negara Adi Daya tentu hal ini sangat  aneh. Bila dibanding dengan Inggris, Jepang,  dan beberapa negara lain yang tenyata kedua negara ini hampir seratus persen penduduknya dilindungi asuransi kesehatan sehingga ketika ia sakit maka tidak perlu hawatir atau cemas akan jatuh miskin. Oleh karena itu, Obama yang terpilih sebagai presiden berjanji akan mengatasi masalah ini dengan program terencana dan spesifik termasuk skema kelembagaan, keuangan, dan pendanaanya.
Gagasan politik kesejahteran Obama tersebut, setidaknya menyimpan dua pesan yang amat berharga bagi setiap negara yang ingin melindungi rakyatnya: (a) kesehatan masyarakat menjai isu terdepan  dalam agenda pemilu dan relasi antara politisi dan pemilih; (b) sejauh mana kompetisi pemilu juga melibatkan kompetisi gagasan dan konsep untuk pemecahan masalah dan dijustifikasi secara eksplisit, bukan sekedar retorika umum atas sebuah isu pemilu, pilpres, atau pilkada semata.
Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana dengan Indonesia?  Apakah politik kesehatan dan kesejahteraan rakyat akan menjadi prioritas utama pada setiap “event” pemilihan pejabat negara? Sebagian kalangan berpendapat bahwa Indonesia belumlah mencapai tingkatan kesadaran semacam itu. Penyebabnya karena realitas dan kinerja kesehatan kita kini masih memiliki dua wajah. Wajah pertama, seiring pertumbuhan ekonomi selama 30 tahun dan sebelum krisis dan 10 tahun pasca krisis 1998, dimana lapisan kelas menengah yang mampu membayar jasa pelayanan kesehatan makin besar. Demikian pula konsumen untuk pelayanan kesehatan dan pasar kesehatan juga makin besar. Sehingga tidak heran bila makin banyak warga Indonesia dengan enteng melenggang ke luar negeri untuk berobat, memperoleh jasa pelayanan yang dianggapnya lebih baik dan berkelas dunia. Fakta lain, makin tumbuhnya rumah sakit swasta yang berlabel “kelas internasional” didirikan di kota-kota besar untuk sekedar memenuhi tuntutan dan kebutuhan kelompok masyarakat ini tertentu. 
Wajah kedua adalah kelompok masyarakat warga negara kebanyakan yang gagal memperoleh pelayanan kesehatan yang layak akibat rendahnya akses dan rendahnya mutu pelayanan kesehatan. Dan kalau pun memperoleh pelayanan kesehatan maka yang didapatkan berupa kualitas yang tidak memadai dengan fasilitas kesehatan yang seadanya. 
Pendapat senada pernah disitir oleh Prof. Djalaludin Rahmat di dalam suatu forum diskusi bulan Agustus lalu.  Cendekiawan muslim yang akrab disapa dengan Kang Djalal  ini menyampaikan presentasi berjudul, “Attacking inequality in health sector”.   Dalam pemaparannya dikemukakan, “terdapat orang yang lebih dari yang lain dalam pemenuhan hak-hanya, misalnya orang kaya.  Bahwa setiap warga memiliki hak untuk sehat adalah betul, namun tidak setiap warga negara memiliki kesempatan untuk menggunakan haknya. Hampir di seluruh negara, masyarakat miskin lebih banyak mengalami masalah dalam pemenuhan hak-hak kesehatan. Akses, fasilitas serta tenaga kesehatan di sekitar masyarakat miskin tidak memadai dan kurang terlalih, obat-obatan kurang tersedia dan mahal, serta tidak adanya keberanian untuk menuntut hak-hak sehat kepada pemerintah atau tenaga kesehatan ketika haknya diabaikan. Kemiskinan dan kesehatan adalah realitas kehidupan yang memprihatinkan bagi orang-orang miskin”. 
Bagi orang-orang miskin, perbaikan layanan kesehatan merupakan dorongan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinannya. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi kaum miskin mempunyai arti penting, paling tidak karena tiga alasan: (a) satu-satunya modal  utama dan kebanggan bagi orang miskin itu adalah keadaan sehatnya; (b) untuk menjamin terpenuhinya keadilan sosial bagi masyarakat miskin; (c) untuk menjamin stabilitas politik nasional.
Keadilan sosial di bidang kesehatan
Perwujudan keadilan sosial itu harus mencerminkan imperatif etis keempat silanya. Menurut Notonogoro (1974), sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia diliputi dan dijiwai oleh sila-sila ke-Tuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan”
Di sisi lain, otentitas pengamalan sila-sila Pancasila bisa ditakar dari perwujudan keadilan sosial dalam peri-kehidupan kebangsaan. Kesungguhan negara dalam melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia berdasarkan persatuan bisa dinilai dari usaha nyata dalam mewujudkan keadilan sosial.
Dengan aktualisasi negara kesejahteraan, diharapkan negara dapat mengelola kekayaan bersama (commonwealth)  untuk sebesar-besanya kemakmuran rakyat, mencegah penguasaan kekayaan bersama oleh modal perseorangan (baik kapitalis asing maupun lokal) yang melemahkan sendi ketahanan ekonomi kolektif, mengembangkan semangat “tolong- menolong” (koperasi) dalam setiap bentuk badan usaha serta memperkuat badan usaha koperasi bagi emansipasi golongan ekonomi kecil dan menengah. Negara kesejahteraan juga diharapkan bisa memberi kesempatan bagi semua warga untuk mengembangkan diri melalui akses pendidikan dan peningkatan pengetahuan bagi semua, perluasaan kesempatan serta jaminan sosial sebagai jaring pengaman sosial.
Di bidang kesehatan, negara seharusnya memikirkan nasib rakyat dengan cara menyediakan fasilitas kesehatan memadai serta tenaga kesehatan yang profesional (kompeten). Dan kemudian secara bersunguh-sungguh menyediakan jaminan sosial kesehatan bagi seluruh rakyat tanpa diskriminasi untuk melindungi dan memberi rasa aman terhadap kemungkinan timbulnya ketakutan akan menjadi hidup miskin dan lemah ketika suatu saat rakyat itu sakit.
Pelayanan kesehatan yang profesional baru memiliki daya ungkit maksimal dalam perwujudan keadilan sosial bila ditopang oleh sistem pembiayaan yang berkeadilan.  Begitu pentingnya jaminan sosial ini sehingga Prof. F. A. Moeloek,  dalam suatu sesi diskusi publik mengatakan, “Tanpa jaminan sosial kesehatan maka tidak ada kedaulatan rakyat untuk sehat”.
Setidaknya ada tiga alasan utama kenapa jaminan sosial di bidang kesehatan di suatu negara semakin menjadi penting bila ia ingin mewujudkan cita-cita keadilan sosial. Ketiga alasan itu adalah: (a) ketidakpastian munculnya kondisi sakit; (b) layanan kesehatan tidak bisa ditunda; (c) adanya disparitas informasi dan pengetahuan  antara pasien dan dokter/tenaga kesehatan lainnya. Memperhatikan ketiga alasan ini maka seharusnya pelayanan kesehatan tidak diserahkan kepada mekanisme pasar bebas. Pemerintah harus mampu menjamin pelayanan kesehatan kepada setiap warga negara tanpa membedakan status sosial budaya dan ekonominya. Tanpa jaminan sosial yang akan memberi perlindungan kepada rakyat Indonesia di era liberalisasi pelayanan kesehatan maka dapat diibaratkan  bila seorang ibu membiarkan anaknya dimangsa binatang buas.
Karena itu perwujudan negara kesejahteraan sangat ditentukan oleh integritas dan mutu para pemerintah atau penyelenggara negara, disertai dukungan rasa tangung jawab dan rasa kemanusiaan yang terpancar pada setiap warga negara tersebut. Dalam visi negara ini yang hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, berlaku prinsip “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Tidak sepantasnya, pejabat negara hanya ingin mendapat untung dengan membiarkan  rakyat terus “buntung”. Maka dari itu, pokok pikiran keempat UUD 1945 : “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”,  mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara lainnya untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Menurut Yudi Latif (Negara Paripurna, 2011),   keadilan sosial adalah satu-satunya sila Pancasila yang dilukiskan dalam Pembukaan UUD 1945 dengan menggunakan kata kerja “mewujukan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Prinsip keadilan adalah inti dari moral ketuhanan, landasan pokok kemanusiaan, simpul persatuan, dan matra kedaulatan .
Dengan pemenuhan imperatif moral sila keadilan sosial, diharapkan  agar rakyat Indonesia dapat keluar dari jeritan panjang belenggu kesakitan dan kemiskinan, untuk selanjutnya menemukan impian kebahagiaannya berupa, “gemah ripa loh jinawi, tata tenteram kerta raharja” (Sunda) atau  “wanua adele’ na salewangeng” (Bugis). Sebuah negeri yang berlimpah kebajikan, yakni negeri adil dan makmur yang di ridhai Allah SWT.  Insya Allah.
  
Oleh: Zaenal Abidin
(Ketua Terpilih PB Ikatan Dokter Indonesia)
Catatan:
Tema HUT IDI tahun ini sama dengan tema Mukernas IDI ke 29 (19–23 Oktober 2011 di Pekanbaru): “Reaktualisasi Profesionalisme dokter Indonesia menuju pelayanan kesehatan berkeadilan”. 

Harian Fajar Makassar - 25 Oktober 2011
 

Harapan Terhadap Pofesionalisme Dokter Indonesia

       Menyambut Mukernas IDI ke 29, tanggal 19-23 Oktober 2011, di Pekanbaru

                                                 
Dalam keseharian kita, acap kali kita mendengar orang disekitar mengucapkan kata profesionalisme atau bahkan mungkin kita sendiri yang mangatakannya. Pertanyaannya kemudian, apakah profesionalisme  itu?  
 
Profesionalisme adalah tingkah laku keahlian atau kualitas dari seseorang yang profesional (Longman, 1987). Profesionalisme merupakan sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Karena itu seseorang yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan tecermin dalam sikap mental serta komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas profesional melalui cara dan strategi tertentu. Ia akan mengembangkan  diri sesuai tuntutan perkembangan zaman sehingga eksistensinya di tengah masyarakat selalu memberi makna yang profesional.
 
Sementara profesional mempunyai makna, yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya (KBBI, 1994).  Kata profesional mengacu kepada sebutan orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan sesuai profesinya. Penyandangan dan penampilan profesional ini telah mendapat pengakuan secara formal maupun informal. Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang mempunyai kewenangan, seperti  pemerintah atau organisasi profesinya. Sedangkan secara informal, pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna jasa profesi yang bersangkutan. Karena itu profesional dapat dimaknai sebagai kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dengan keahlian  dan pengabdian diri kepada pihak lain.
Kaum profesional dikatakan memiliki tanggung jawab sosial yang besar. Karena itu maka mereka dikatakan memberikan pelayanan dengan motivasi altruistik, mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. Kaum profesional juga dianggap memiliki kemandirian yang besar, dan oleh sebab itu ia diterima sebagai suatu keniscayaan bahwa mereka akan bertindak selaku pembawa panji-panji kebebasan dan kemanusiaan.
Selanjutnya, apa yang dimaksud dengan profesi? Istilah profesi berasal dari bahasa Latin yakni professus yang semula berarti pernyataan terbuka secara sungguh-sungguh atau pengakuan iman atau  janji di muka umum. Apabila melanggar janji tersebut berarti ia telah menodai kesucian peofesinya. Roscoe Pound menyatakan: “The profession must be self governing, self dicilining and self perpetuating.” Bahkan ia pun menyebut profesi itu sebagai Officium Nobile, suatu jabatan mulia.
 
Di tengah masyarakat dikenal beragam macam profesi, dan diantara profesi-profesi pada umumnya itu terdapat pula profesi khusus . Ke-khusususan suatu profesi terletak pada pengabdiannya kepada masyarakat, di mana  hal tersebut merupakan motivasi utamanya. Sekalipun orang-orang yang menjalankan profesi itu hidup dari pekerjaan profesi itu, namun hakikat profesi menuntutnya bahwa bukanlah nafkah hidup yang menjadi motivasi utamanya. Oleh karenanya profesi tersebut dikatakan dapat menyandang predikat sebagai profesi luhur.
 
Profesi luhur ini memiliki kriteria-kriteria tertentu, sebagaimana profesi pada umumnya. Ada dua hal yang menjadi ciri-ciri profesi pada umumnya, yakni:  (1) pertanggung jawaban; (2) hormat terhadap hak orang lain.
Tanggung jawab merupakan sikap yang selalu dituntut apabila kita melakukan suatu pekerjaan. Tanggung jawab dalam pekerjaan profesional diarahkan kepada pekerjaan dan hasil pekerjaan tersebut, yang diharapkan agar bermutu. Disamping itu tanggung jawab ditunjukkan pula terhadap dampak pekerjaan yang dilakukan pada lingkungan kehidupan di sekitarnya.  Sedangkan menghormati hak orang adalah merupakan prinsip keadilan sosial yang menuntut agar kita memberikan kepada siapa saja, apa yang menjadi haknya. Artinya, pelaksanaan pekerjaan profesi itu tidak boleh mengabaikan, apalagi melanggar hak orang lain.
Bagi profesi luhur, selain  harus memenuhi ciri-ciri profesi pada umumnya di atas, dituntut pula ciri-ciri lain, yaitu: (1) sikap bebas dari pamrih; (2) pengabdian pada tuntutan etika profesi.
Profesi luhur harus dijalankan tanpa pamrih, dimana kepentingan pasien atau klien yang harus diutamakan, bahkan harus didahulukan dari kepentingan pribadi, keluarga atau kelompok. Tuntutan etika profesi harus tetap dipertahankan, meskipun pasien, masyarakat atau negara sekalipun menghendaki lain. Misalnya pasien yang atas permintaannya sendiri dan juga keluarganya agar digugurkan kandungannya atau ingin di-euthanasia, dan seterusnya. Di sini etika profesi luhur harus dipegang meskipun hal ini bertentangan dengan keinginan pasien sendiri. Jadi etika profesi  luhur menuntut dan menuntun agar pelaku profesi dalam keadaan apapun menjunjung tinggi keluhuran profesinya. Etika profesi menjadi benteng pertahanan bagi tegaknya sendi-sendi suatu profesi luhur.
Dalam ilmu hukum profesi dikatakan bahwa di dalam dunia modern profesi dokter merupakan salah satu dari empat profesi yang betul-betul merupakan full-status profession. Ke-empat profesi itu adalah profesi dokter sendiri, profesi hukum, profesi guru, profesi minister (ulama/pendeta).
Kini dunia makin berkembangan dan zaman pun telah berubah. Profesi telah menunjukkan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk mencari nafkah atau mata-pencaharian berdasarkan suatu keahlian atau ilmu tertentu.  Namun, bila seorang dokter  masih ingin tetap dikatakan berprofesi luhur maka  tentu saja ia harus selalu memegang teguh ke-empat ciri-ciri profesi luhur di atas, serta senantiasa memagari diri dengan etika profesi yang luhur pula. Mudah-mudahan dengan niat dan ikhtiar semam itu sehingga dokter Indonesia tetap dianggap memiliki sikap mental serta komitmen profesionalisme yang tinggi di mata masyarakatnya. Wallahu alam.
 
Pekanbaru, 19 Oktober 2011
      Oleh. Zaenal Abidin (Ketua Terpilih PB IDI/Ketua Panitia Pengarah Mukernas IDI)

Friday 21 October 2011

Opening Ceremony MUKERNAS IDI XIX






www.idionline.org. Musyawarah Kerja Nasional (MUKERNAS)  Ikatan Dokter Indonesia sedang berlangsung di Pekanbaru, Riau , 19 – 23 Oktober 2011 dan dibuka secara resmi oleh Gubernur HM Rusli Zainal, SE, MP pada tanggal 20 Oktober 2011 bertempat di Hotel Pangeran. MUKERNAS ini dihadiri sekitar 300 dokter yang merupakan Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah dan Perhimpunan se-Indonesia. Mukernas dilakukan sekali dalam satu periode kepengurusan,  dengan tugas dan wewenangnya yaitu menilai pelaksanaan program kerja nasional yang diamanatkan Muktamar, menyempurnakan dan memperbaikinya untuk dilaksanakan pada sisa periode kepengurusan selanjutnya. Selain itu, MUKERNAS juga mempunyai wewenang mengadakan pembicaraan pendahuluan tentang bahan muktamar yang akan datang.
Tema Mukernas IDI kali ini adalah “Reaktualisasi Profesionalisme Dokter Indonesia menuju Pelayanan Kesehatan Yang Berkeadilan“, dan pelaksanaan MUKERNAS kali ini di rangkaikan dengan kegiatan antara lain “The 12th National Brain dan Heart Symposium”, pameran kesehatan, Pidato Ulang Tahun IDI ke-61 oleh Ketua Umum PB IDI
, Malam Keakraban Keluarga Besar IDI dan ditutup dengan peringatan Hari Ulang Tahun IDI yang dimeriahkan oleh kegiatan Senam Sehat “Riau Bangkit Untuk Indonesia” bersama Gubernur dan masyarakat Riau.

Tuesday 18 October 2011

ROAD TO MUKERNAS IDI AT PEKANBARU - RIAU



Pekan Baru - RIAU. 
19 - 23 Oktober 2011

Monday 10 October 2011

Sunday 9 October 2011

Simposium dan Pelatihan : Pendekatan Praktis Masalah THT


8 Oktober 2011 bertempat di Harris Hotel & Conventions Kelapa Gading - Jakarta Utara Perhimpunan Dokter Umum Indonesia mengadakan Simposium dan pelatihan "Pendekatan Praktis Masalah THT ". Acara dibuka langsung oleh ketua harian presidium nasional PDUI Dr Imelda Datau kemudian dilanjutkan dengan  Simposium dengan materi:

1. Tata laksana & Penanganan komplikasi OMSK DR. Dr. Ratna Dwi Restuti, Sp.THT-KL(K)

2. Rinitis alergi : diagnosis & tata laksana Dr. Nina Irawati, Sp.THT-KL


3.
Obstruksi saluran napas atas oelh Dr Rahmanofa Yunizaf Sp.THT – KL

4. Tata laksana terkini vertigo dan tinnitus Dr widayat Alviandi,Sp.THT – KL



Penyakit-penyakit tersebut merupakan gangguan THT yang paling banyak dijumpai dan sering kali menyebabkan kualitas hidup penderitanya menurun sehingga perlu dilakukan diagnosis dan tata laksana yang tepat.



Pada kegiatan ilmiah kali ini juga  diberikan Pelatihan skrining pendengaran oleh :
Dr Ronny Suwento, Sp.THT – KL,
Dr Semiramis Zizlavsky, Sp.THT – KL dan
Dr Trijuda Airlangga, Sp.THT – KL 







Diakhir kegiatan dilakukan  pelatihan pengisian borang untuk resertifikasi dan registrasi ulang untuk Dokter Umum yang diberikan oleh Dr Mahesa Paranadipa MHKes sebagai Manajer Eksekutif P2KB PB IDI







Thursday 6 October 2011

Tes Foto




Dr Adib Khumaidi Sp.OT




Tanggal 1 Oktober di Fakultas Kedokteran UI Salemba dilangsungkan pelantikan Dr Spesialis baru and salah satunya mas kami Dr Adib Khumaidi Sp.OT. Setelah 5 tahun berjuang akhirnya selesai juga ....Selamat yah Mas

Waiting For The End

This is not the end
This is not the beginning,
Just a voice like a riot
Rocking every revision
But you listen to the tone
And the violent rhythm
Though the words sound steady
Something empty's within 'em

We say Yeah!
With fists flying up in the air
Like we're holding onto something
That's invisible there,
'Cause we're living at the mercy of
The pain and the fear
Until we dead it, Forget it,
Let it all disappear.

Waiting for the end to come
Wishing I had strength to stand
This is not what I had planned
It's out of my control....

Flying at the speed of light
Thoughts were spinning in my head
So many things were left unsaid
It's hard to let you go...

(Oh!) I know what it takes to move on,
I know how it feels to lie,
All I wanna do
Is trade this life for something new
Holding on to what I haven't got

Sitting in an empty room
Trying to forget the past
This was never meant to last,
I wish it wasn't so...

(Oh!) I know what it takes to move on,
I know how it feels to lie,
All I wanna do

Is trade this life for something new
Holding on to what I haven't got

What was left when that fire was gone?
I thought it felt right but that right was wrong
All caught up in the eye of the storm
And trying to figure out what it's like moving on
And i don't even know what kind of things I've said
My mouth kept moving and my mind went dead
So, picking up the pieces, now where to begin?
The hardest part of ending Is starting again!!

All I wanna do
Is trade this life for something new
Holding on to what i haven't got...

This is not the end
This is not the beginning,
Just a voice like a riot
Rocking every revision
But you listen to the tone
And the violet rhythm
Though the words sound steady
Something empty's within 'em
(Holding on to what i haven't got)

We say Yeah!
With fists flying up in the air
Like we're holding onto something
That's invisible there,
'Cause we're living at the mercy of
The pain and the fear
Until we dead it, Forget it,
Let it all disappear
(Holding on to what i haven't got!)